Sejak diperkenalkannya air heksagonal oleh Dr. Mu shik Jhon, seorang peneliti yang tulisannya sering dipublikasikan jurnal-jurnal ilmiah, mulai banyak bermunculan pendapat dan penelitian yang berhubungan dengan air heksagonal. Ada yang menemukan bahwa air mampu menangkap pesan dan membaca tulisan, yaitu Dr. Masaru Emoto dari jepang, selanjutnya ada yang berpendapat bahwa air heksagonal ini bisa menyembuhkan penyakit, ada pula para ahli yang mengungkap bahwa air ini tidak sebaik yang dipikirkan.
Untuk lebih jelas mengenai pembentukan air heksagonal, bisa anda baca pada pengertian air heksagonal.
Tentang bagaimana pendapat mereka yang pro dan yang kontra seputar air heksagonal, lebih jelas saya sampaikan dari berbagai sumber berikut.
Kata teman-teman yang setuju,
Sitat air heksagonal yang membentuk kelompok kecil (H2O)6 dan stabil sangat menguntungkan bagi kesehatan tubuh manusia. la lebih mudah masuk ke dalam sel, mengaktifkan proses metabolisme sel, dan menghasilkan lebih banyak energi. Selain itu, air heksagonal lebih efektif melarutkan dan membuang zat sisa metabolisme yang bersifat racun bagi tubuh. Cairan tubuh manusia terdiri atas tiga golongan. Porsi terbesar yaitu Air Heksagonal menempati 62 persen, air pentagonal 24 persen dan sisanya yang 14 persen berbentuk tetrahedral yang terkait satu sarna lainnya membentuk rantai. Penurunan volume air heksagonal dalam cairan sel tubuh hingga 50-60 persen bisa menyebabkan kematian.
Bahan pengawet dan pewarna makanan, antibiotik, logam berat pada ikan tercemar, residu pestisida pada buah dan sayuran, radiasi, alkohol, stres serta depresi dapat merusak air heksagonal dan meningkatkan volume air pentagonal di dalam cairan sel tubuh. Bahkan, faktor-faktor tersebut bisa secara langsung memicu terbentuknya sel kanker. Apabila sel kanker ini mati, pengaruhnya bagi tubuh tidak berbahaya. Tetapi jika sel tersebut tetap hidup, ia akan mempengaruhi sel lainnya, sehingga kanker makin meluas. Keberadaan air heksagonal sangat positif bagi kesehatan. la dapat meningkatkan kualitas cairan sel tubuh, memberikan lebih banyak energi pada sel, membantu melindungi inti sel dari zat sisa metabolisme, meningkatkan kemampuan sel menetralisir dan membuang toksin, meningkatkan kandungan oksigen dan daya serap terhadap zat gizi, serta meningkatkan kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Meskipun air heksagonal memiliki kelebihan dibanding air biasa, namun ia bukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit. Air tersebut hanya mendukung terciptanya kesehatan yang lebih optimal sehingga tubuh mampu melindungi diri dari ancaman penyakit.
Sementara itu, dokter dari Bagian Rehabilitasi Medis RS Ciptomangunkusumo Jakarta, Yayat Hadiyat, menyebutkan, konsumsi air heksagonal sebenarnya sudah sangat diperlukan, bagi mereka yang ingin memurnikan bagian dalam tubunya. Pasalnya, bagian dalam tubuh manusia, kini semakin menjadi asam, di samping kebiasaan manusia mengonsumsi makanan berlemak, asap rokok, sayuran berbahan kimia, dll. “Ini mengakibatkan kandungan air heksagonal yang sejak lahir sudah ada dalam tubuh manusia, kemudian menjadi semakin berkurang. Jika presentasenya sudah mencapai 50 persen, maka secara teori manusia bersangkutan akan meninggal,” katanya.
Kata teman-teman yang kurang setuju,
Dr dr Septelia Inawati Wanandi dari Universitas Indonesia juga menyatakan skeptismenya terhadap khasiat air heksagonal dari sisi kesehatan.
Septelia secara halus mencoba menjawabnya dari logika ilmiah dasar. Air beroksigen susunan molekul tetap berbeda dengan air heksagonal. Kesamaan keduanya adalah sama- sama mencoba menyuguhkan air dengan kandungan oksigen lebih banyak dari air biasa.
“Namun, pada kedua macam air itu kelarutan oksigen tambahan di dalamnya tetap mudah terlepas. Ada toleransi suhu tertentu, setidaknya sampai di atas suhu ruangan, oksigen terlarut mudah lepas. Kalau lepas, ya lalu menjadi air biasa kembali,” kata Septelia. Padahal, dalam keterangan iklannya, air heksagonal, misalnya, direkomendasikan untuk membuat dari susu bayi, minuman hangat hingga memasak. “Air heksagonal dan air beroksigen kalau dipanaskan ya pasti oksigen terlarutnya terlepas,” tandas Septelia.
Kalau toh air beroksigen atau heksagonal itu dalam suhu normal diminum, potensi oksigen terlepas tetap besar. Suhu tubuh normal manusia, sekitar 37 derajat Celsius, disebutkan Septelia, memungkinkan oksigen terlarut dalam air terlepaskan ketika memasuki tubuh. Hal ini mirip dengan jika kita sendawa setelah minum air berkarbonat.
Jika diandaikan kandungan oksigen terlarut itu mampu sampai di usus, tetap akan menimbulkan pertanyaan. “Apakah kapiler pada mukosa usus bisa menyerap oksigennya? Apakah daya serapnya lebih hebat dari alveoli pada paru-paru? Setahu saya, sampai sekarang organ yang didesain Tuhan untuk menyerap oksigen hanya paru-paru,” tutur Septelia.
Dari artikel yang sama, Prof dr Waluyo S Soerjodibroto, MSc, PhD, SpG(K) berpendapat lebih ekstrim lagi.
Alih-alih menjadi sehat, produksi radikal bebas berlebih malah berpotensi destruktif pada tubuh. Radikal bebas merupakan molekul oksigen yang kesepian, sebab atom pada orbit terluarnya terdapat elektron yang tidak punya pasangan. Hal itu membuat si molekul menjadi liar, lalu secara radikal mencari pasangan dengan merampok elektron molekul lain dari berbagai sel-sel tubuh. Sebab itulah ia disebut radikal bebas. Keradikalan berantai terjadi ketika molekul yang terampok ikut-ikutan brutal merampas elektron molekul lain. Kondisi inilah yang lalu membuat sel-sel tubuh rusak. “Manfaat air beroksigen dan juga air heksagonal, sejauh ini belum terbukti secara ilmiah ataupun secara klinis. Paling hanya testimonial saja,” ujar Waluyo.
Sedangkan, Zeily Nurachman dari Jurusan Kimia ITB menegaskan pentingnya air heksagonal hanya bagi penderita penyakit.
Jadi, pemberian air minum beroksigen tinggi pada orang berpenyakit atau mengalami gejala penyakit, merupakan langkah berguna. Sebaliknya, pada kasus orang sehat, pasokan oksigen dapat mencapai jaringan yang terjauh sehingga memakai air beroksigen tinggi adalah mubazir.
>> dikutip dari dunia kesehatan, suara merdeka, priyadi's place, dokter umum, dengan beberapa pengubahan.
Untuk lebih jelas mengenai pembentukan air heksagonal, bisa anda baca pada pengertian air heksagonal.
Tentang bagaimana pendapat mereka yang pro dan yang kontra seputar air heksagonal, lebih jelas saya sampaikan dari berbagai sumber berikut.
Kata teman-teman yang setuju,
Sitat air heksagonal yang membentuk kelompok kecil (H2O)6 dan stabil sangat menguntungkan bagi kesehatan tubuh manusia. la lebih mudah masuk ke dalam sel, mengaktifkan proses metabolisme sel, dan menghasilkan lebih banyak energi. Selain itu, air heksagonal lebih efektif melarutkan dan membuang zat sisa metabolisme yang bersifat racun bagi tubuh. Cairan tubuh manusia terdiri atas tiga golongan. Porsi terbesar yaitu Air Heksagonal menempati 62 persen, air pentagonal 24 persen dan sisanya yang 14 persen berbentuk tetrahedral yang terkait satu sarna lainnya membentuk rantai. Penurunan volume air heksagonal dalam cairan sel tubuh hingga 50-60 persen bisa menyebabkan kematian.
Bahan pengawet dan pewarna makanan, antibiotik, logam berat pada ikan tercemar, residu pestisida pada buah dan sayuran, radiasi, alkohol, stres serta depresi dapat merusak air heksagonal dan meningkatkan volume air pentagonal di dalam cairan sel tubuh. Bahkan, faktor-faktor tersebut bisa secara langsung memicu terbentuknya sel kanker. Apabila sel kanker ini mati, pengaruhnya bagi tubuh tidak berbahaya. Tetapi jika sel tersebut tetap hidup, ia akan mempengaruhi sel lainnya, sehingga kanker makin meluas. Keberadaan air heksagonal sangat positif bagi kesehatan. la dapat meningkatkan kualitas cairan sel tubuh, memberikan lebih banyak energi pada sel, membantu melindungi inti sel dari zat sisa metabolisme, meningkatkan kemampuan sel menetralisir dan membuang toksin, meningkatkan kandungan oksigen dan daya serap terhadap zat gizi, serta meningkatkan kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Meskipun air heksagonal memiliki kelebihan dibanding air biasa, namun ia bukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit. Air tersebut hanya mendukung terciptanya kesehatan yang lebih optimal sehingga tubuh mampu melindungi diri dari ancaman penyakit.
Sementara itu, dokter dari Bagian Rehabilitasi Medis RS Ciptomangunkusumo Jakarta, Yayat Hadiyat, menyebutkan, konsumsi air heksagonal sebenarnya sudah sangat diperlukan, bagi mereka yang ingin memurnikan bagian dalam tubunya. Pasalnya, bagian dalam tubuh manusia, kini semakin menjadi asam, di samping kebiasaan manusia mengonsumsi makanan berlemak, asap rokok, sayuran berbahan kimia, dll. “Ini mengakibatkan kandungan air heksagonal yang sejak lahir sudah ada dalam tubuh manusia, kemudian menjadi semakin berkurang. Jika presentasenya sudah mencapai 50 persen, maka secara teori manusia bersangkutan akan meninggal,” katanya.
Kata teman-teman yang kurang setuju,
Dr dr Septelia Inawati Wanandi dari Universitas Indonesia juga menyatakan skeptismenya terhadap khasiat air heksagonal dari sisi kesehatan.
Septelia secara halus mencoba menjawabnya dari logika ilmiah dasar. Air beroksigen susunan molekul tetap berbeda dengan air heksagonal. Kesamaan keduanya adalah sama- sama mencoba menyuguhkan air dengan kandungan oksigen lebih banyak dari air biasa.
“Namun, pada kedua macam air itu kelarutan oksigen tambahan di dalamnya tetap mudah terlepas. Ada toleransi suhu tertentu, setidaknya sampai di atas suhu ruangan, oksigen terlarut mudah lepas. Kalau lepas, ya lalu menjadi air biasa kembali,” kata Septelia. Padahal, dalam keterangan iklannya, air heksagonal, misalnya, direkomendasikan untuk membuat dari susu bayi, minuman hangat hingga memasak. “Air heksagonal dan air beroksigen kalau dipanaskan ya pasti oksigen terlarutnya terlepas,” tandas Septelia.
Kalau toh air beroksigen atau heksagonal itu dalam suhu normal diminum, potensi oksigen terlepas tetap besar. Suhu tubuh normal manusia, sekitar 37 derajat Celsius, disebutkan Septelia, memungkinkan oksigen terlarut dalam air terlepaskan ketika memasuki tubuh. Hal ini mirip dengan jika kita sendawa setelah minum air berkarbonat.
Jika diandaikan kandungan oksigen terlarut itu mampu sampai di usus, tetap akan menimbulkan pertanyaan. “Apakah kapiler pada mukosa usus bisa menyerap oksigennya? Apakah daya serapnya lebih hebat dari alveoli pada paru-paru? Setahu saya, sampai sekarang organ yang didesain Tuhan untuk menyerap oksigen hanya paru-paru,” tutur Septelia.
Dari artikel yang sama, Prof dr Waluyo S Soerjodibroto, MSc, PhD, SpG(K) berpendapat lebih ekstrim lagi.
Alih-alih menjadi sehat, produksi radikal bebas berlebih malah berpotensi destruktif pada tubuh. Radikal bebas merupakan molekul oksigen yang kesepian, sebab atom pada orbit terluarnya terdapat elektron yang tidak punya pasangan. Hal itu membuat si molekul menjadi liar, lalu secara radikal mencari pasangan dengan merampok elektron molekul lain dari berbagai sel-sel tubuh. Sebab itulah ia disebut radikal bebas. Keradikalan berantai terjadi ketika molekul yang terampok ikut-ikutan brutal merampas elektron molekul lain. Kondisi inilah yang lalu membuat sel-sel tubuh rusak. “Manfaat air beroksigen dan juga air heksagonal, sejauh ini belum terbukti secara ilmiah ataupun secara klinis. Paling hanya testimonial saja,” ujar Waluyo.
Sedangkan, Zeily Nurachman dari Jurusan Kimia ITB menegaskan pentingnya air heksagonal hanya bagi penderita penyakit.
Jadi, pemberian air minum beroksigen tinggi pada orang berpenyakit atau mengalami gejala penyakit, merupakan langkah berguna. Sebaliknya, pada kasus orang sehat, pasokan oksigen dapat mencapai jaringan yang terjauh sehingga memakai air beroksigen tinggi adalah mubazir.
>> dikutip dari dunia kesehatan, suara merdeka, priyadi's place, dokter umum, dengan beberapa pengubahan.
No comments:
Post a Comment